Semangatmu menyala ketika kulantunkan kata bahwa aku ingin terus sekolah
Tak kenal waktu kau terus mencari apa yang kubutuhkan
Tak kenal waktu kau terus mencari sepotong kain yang akan kubawa esok
Tak kenal waktu kau terus mencari sebongkah pualam untuk biayaku
Perjuanganku disini untukmu masih belum seberapa
Tapi kebahagianku kemarin bagimu adalah beberapa
Tuhan, hanya itukah yang orangtuaku inginkan?
Sederhana. Sungguh sederhana
Hanya kebahagian dan kesehatanku lah yang kau harapkan
Bukan setumpuk berlian atau gudang uang dariku
Jika aku membuat perbandingan antara yang aku inginkan dengan yang mereka inginkan
Maka akan terdapat kesimpulan bahwa aku keterlaluan
Layak peribahasa yang berbunyi sudah dikasih hati malah minta jantung
Ahhh aku memang sudah lebih dari kata keterlaluan
Tuhan, ampuni aku ...
Kini, disini ..
Biarkan awan panas Jakarta menjadi saksinya
Bahwa aku akan memberikan sesuatu yang lebih dari beberapa untukmu
Maaf, aku tak dapat mendeskripsikan apa yang akan aku berikan
Biarkan tugu Monas itu menjadi tolok ukur cita-citaku
Terimalah persembahan hatiku ...
Yang mungkin belum seindah pelangi diatas sana
Yang mungkin masih semerdu angin ribut kemarin
Namun kau selalu saja mengatakan, ini sudah lebih dari buah-buahan yang ranum nan segar yang terdapat didalam surga
Baiklah, aku terima
Tapi perjuanganku tak berhenti sampai disini
Aku, disini, di tanah perantauan ini
Akan kuberikan yang terbaik untukmu
Ayah, Ibu, ini untukmu ...